Februari 7, 2025
Lima Bahaya Self Diagnosis
Survei Pew Research Center's Internet & American Life Project menyatakan sepertiga dari mereka yang melakukan self diagnosis tak datang ke dokter.

Pernahkah Anda menduga-duga menderita suatu penyakit setelah mendapat informasi gejala kesehatan di internet? Jika pernah, Anda telah melakukan self diagnosis atau mendiagnosis diri sendiri.

Dilansir dari highlandspringsclinic.org, self diagnosis merupakan cara mendiagnosis atau mengetahui gejala medis sendiri.

Seringkali cara ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak evidence-based medicine.

Akibatnya, ada bahaya yang ditimbulkan dari mendiagnosis diri sendiri.

Melansir Psychological Today, berikut beberapa di antaranya: Berpotensi Keliru Pada dasarnya, seseorang yang melakukan self diagnosis berasumsi bahwa dirinya memiliki sejumlah opini dan informasi tentang seluk-beluk penyakit itu.

Jika ia menolak dokter, ini akan berbahaya dan berpotensi salah mendiagnosis gejala yang timbul.

Contohnya seperti seseorang yang mengalami mood swing atau perubahan suasana hati, seringkali mendiagnosis dirinya terkena gangguan bipolar.

Padahal perubahan itu tidak sekadar merujuk pada penyakit bipolar saja, tapi dapat juga mengindikasikan gangguan kepribadian ambang atau depresi berat.

Risiko Salah Obat Tanpa pengawasan dan persetujuan profesional, seseorang berisiko salah meresepkan obat untuk diri sendiri.

Orang itu bahkan bisa memilih jalan alternatif.

Misalnya pada obat diet.

Biasanya obat ini perlu diuji terlebih dahulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM.

Jika tidak, kemungkinan akan berpotensi menganggu sistem pencernaan, tekanan darah, sampai jantung.

Sulit Percaya Kenyataan Bahaya selanjutnya dari dampak diagnosis diri ialah menyangkal kebenaran yang disampaikan dokter.

Misalnya ketika ada seseorang berpikir bahwa dirinya mengalami nyeri tubuh umum yang dimulai ketika suasana sedang memburuk.

Tetapi dokter memilih pemeriksaan elektrokardiogram atau EKG untuk nyeri dada yang mungkin menunjukkan penyakit arteri koroner.

Melemahkan Peran Dokter Survei Pew Research Center’s Internet & American Life Project terbit tahun 2013 menyatakan sepertiga dari mereka yang melakukan diagnosis diri dengan bantuan internet tidak pernah datang ke dokter.

Penanganan Makin Lama Melansir Patient, akses informasi tentang kesehatan tidak terbatas di internet membuat seorang yang melakukan self diagnosis melalui internet akan menunda orang itu datang kepada profesional.

Penundaan akan membuat gejala yang dialami makin buruk.

Misalnya ketika seseorang merasakan buang air kecil dan besar, lama-kelamaan akan mengalami gejala sindrom iritasi usus besar (IBS) atau bahkan kanker ovarium.

FATHUR RACHMAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *